Kacamata pintar Meta Ray-Ban kembali jadi sorotan publik. Produk hasil kolaborasi Meta dan Ray-Ban itu dikabarkan memiliki satu kelemahan besar: layarnya tidak bisa diperbaiki ketika rusak. Informasi ini muncul setelah beberapa pengguna melaporkan bahwa layanan purna jual Meta tidak menyediakan opsi penggantian layar, bahkan untuk kerusakan kecil sekalipun.
Baca juga : Minecraft 2 Mulai Digarap, Siap Rilis Juli 2027
Kabar ini membuat banyak konsumen bertanya-tanya—mengapa perangkat secanggih ini justru tidak bisa diperbaiki seperti produk elektronik lain pada umumnya?
Struktur Kompleks Jadi Penyebab Utama
Menurut laporan dari beberapa teknisi independen, alasan layar Meta Ray-Ban tidak dapat diperbaiki terletak pada struktur internalnya yang sangat rumit.
Bagian layar yang terintegrasi dengan modul kamera dan sensor AR (Augmented Reality) menggunakan sistem optik berlapis-lapis yang menyatu permanen dengan kaca kacamata.
Proses perakitan yang menggunakan perekat optik bertekanan tinggi membuat komponen ini mustahil dipisahkan tanpa merusak bagian lainnya. Akibatnya, ketika layar atau tampilan proyeksi mengalami gangguan, satu-satunya solusi adalah mengganti seluruh unit, bukan memperbaikinya.
Meta Akui Keterbatasan dalam Proses Servis
Dalam pernyataan resminya, pihak Meta mengakui bahwa saat ini tidak ada prosedur resmi untuk memperbaiki layar Meta Ray-Ban.
“Desain perangkat ini mengutamakan ketahanan dan presisi visual. Karena itu, unit yang rusak akan diganti sepenuhnya, bukan diperbaiki,” ujar juru bicara Meta.
Baca juga : Drama China Fated Hearts Jadi Perbincangan Pecinta C-Drama
Mereka menambahkan bahwa proses pembuatan kacamata ini melibatkan kalibrasi mikro yang sangat sensitif terhadap cahaya dan sudut pandang. Sedikit saja terjadi kesalahan perbaikan, maka pengalaman AR yang ditampilkan bisa menjadi tidak akurat.
Kritik dari Komunitas Teknologi
Banyak pengulas teknologi dan komunitas “right to repair” menilai keputusan Meta ini sebagai langkah mundur dari segi keberlanjutan.
Menurut kelompok pemerhati lingkungan digital, perangkat seperti Meta Ray-Ban seharusnya memiliki opsi perbaikan agar tidak menambah limbah elektronik global.
“Produk futuristik seharusnya tidak hanya canggih, tapi juga berkelanjutan. Tidak bisa diperbaiki sama sekali bukan langkah yang bijak,” ungkap jurnalis teknologi dari TechRadar.
Dampak pada Konsumen dan Harga
Keterbatasan ini tentu berdampak pada konsumen. Jika layar rusak akibat jatuh atau terbentur, pengguna harus mengganti seluruh unit yang harganya tidak murah—mencapai lebih dari Rp8 juta hingga Rp10 juta per pasang.
Hal ini membuat banyak pembeli mempertimbangkan ulang sebelum membeli perangkat generasi kedua Meta Ray-Ban, terutama bagi mereka yang mengutamakan umur panjang dan nilai investasi produk.
Meta Siapkan Versi Baru yang Lebih Ramah Servis
Meski banyak kritik, Meta dikabarkan sedang menyiapkan versi baru kacamata pintar Ray-Ban yang lebih mudah diperbaiki. Model ini disebut akan menggunakan modul tampilan yang dapat diganti secara terpisah dan bahan perekat yang lebih fleksibel.
Baca juga : Rory Asyari Cerita Pengalaman Berat Saat Syuting Film Jembatan Shiratal Mustaqim
Langkah tersebut diharapkan dapat menjawab kekhawatiran pengguna sekaligus memperpanjang umur produk. Meta sendiri berjanji akan meningkatkan layanan purna jual dan dukungan teknis untuk produk yang beredar di pasaran.
Kesimpulan: Inovasi Tinggi, Tapi Minim Perbaikan
Kacamata pintar Meta Ray-Ban memang membawa inovasi menarik di dunia teknologi wearable. Namun, di balik kecanggihannya, ada catatan besar tentang minimnya akses perbaikan layar Meta Ray-Ban yang membuatnya kurang ramah bagi konsumen dan lingkungan.
Bagi calon pengguna, penting untuk memahami bahwa meskipun perangkat ini menawarkan pengalaman visual futuristik, risiko kerusakan bisa berarti harus membeli unit baru sepenuhnya.
