Dunia astronomi baru saja dihebohkan oleh penemuan luar biasa — sebuah planet tercatat menyerap hingga 6,6 miliar ton debu setiap detik. Fenomena ini menjadikannya salah satu planet paling ekstrem yang pernah diamati oleh para ilmuwan.
Penemuan ini dilakukan oleh tim astronom dari berbagai lembaga riset internasional menggunakan teleskop canggih berbasis ruang angkasa. Planet tersebut dikategorikan sebagai “planet ultra-panas” yang mengorbit sangat dekat dengan bintangnya, menyebabkan atmosfernya tersapu dan membentuk ekor debu raksasa seperti komet.
Baca juga : Minecraft 2 Mulai Digarap, Siap Rilis Juli 2027
Dinamai K2-22b, Planet Ini Menguap Secara Perlahan
Planet yang menjadi sorotan ini bernama K2-22b, sebuah planet berbatu yang berjarak sekitar 800 tahun cahaya dari Bumi di rasi bintang Leo. Berdasarkan hasil pengamatan, K2-22b mengorbit bintangnya hanya dalam waktu 9 jam, jarak yang sangat dekat dibandingkan orbit Merkurius terhadap Matahari.
Kedekatan ekstrem ini membuat permukaan planet memanas hingga 2.000 derajat Celcius, cukup panas untuk melelehkan batuan dan logam. Akibatnya, material di permukaan menguap dan terlepas ke luar angkasa dalam bentuk debu vulkanik halus.
Baca juga : Drama China Fated Hearts Jadi Perbincangan Pecinta C-Drama
Setiap detik, sekitar 6,6 miliar ton debu terlontar dari permukaannya — sebuah laju kehilangan massa yang belum pernah tercatat sebelumnya di dunia eksoplanet.
Fenomena Planet ‘Melahap’ Debunya Sendiri
Meskipun tampak seolah “melahap debu”, kenyataannya planet ini sedang mengalami proses penghancuran diri. Gravitasi kuat dari bintangnya membuat aliran debu yang menguap justru tertarik kembali ke atmosfer planet, menciptakan efek visual seolah planet itu “memakan” debunya sendiri.
Fenomena ini menarik perhatian para ilmuwan karena memberikan gambaran tentang fase akhir kehidupan sebuah planet. Dalam jutaan tahun mendatang, K2-22b diprediksi akan habis menguap, meninggalkan hanya inti logam yang mungkin masih bertahan mengorbit bintangnya.
Teknologi Pengamatan Canggih Buka Fakta Baru
Tim peneliti memanfaatkan data dari teleskop luar angkasa Kepler dan TESS, serta observasi lanjutan dari teleskop inframerah di Bumi. Dengan analisis spektrum cahaya, mereka mampu mendeteksi partikel debu yang keluar dari planet dan menghitung laju kehilangan massanya secara akurat.
Baca juga : Rory Asyari Cerita Pengalaman Berat Saat Syuting Film Jembatan Shiratal Mustaqim
Menurut Dr. Elisa Quintana, salah satu astronom yang terlibat dalam studi tersebut, “K2-22b memberi kita kesempatan langka untuk menyaksikan planet yang perlahan hancur di hadapan bintangnya. Ini seperti melihat versi mini dari kiamat planet.”
Apa Dampaknya bagi Studi Tata Surya?
Penemuan planet yang menyerap dan menguapkan debunya sendiri memberikan pemahaman baru tentang dinamika sistem bintang muda dan evolusi planet berbatu. Kasus seperti K2-22b membantu para ilmuwan memahami bagaimana planet bisa kehilangan atmosfernya dan berubah secara drastis seiring waktu.
Beberapa ilmuwan juga berpendapat bahwa fenomena ini mungkin pernah terjadi di awal sejarah Tata Surya, ketika planet-planet dalam seperti Merkurius dan Venus mengalami penguapan material akibat panas ekstrem dari Matahari muda.
